Menyuruh orang lain bersabar dengan musibah adalah mudah, namun apabila ujian dan dugaan terpikul di bahu sendiri, hakikatnya ia sungguh payah.Sebagai hamba Allah, kita tidak dapat lari dari ujian dan dugaan yang meremukredamkan hati kita dengan kekecewaan dan kesedihan. Sudah lumrah manusia untuk merasa sedih dan kecewa. Lain orang lain cara menanganinya. Ada yang menzahirkan kekecewaan dengan airmata yang mencurah, ada yang berlawan dengan keegoan dan ada juga yang menangis di dalam hati, meskipun bibirnya tersenyum lebar...
Menangis dan sedih bukanlah beerti kita hilang harapan. Jauh sekali untuk menjadikan kita putus asa dengan rahmat Tuhan. Sesekali menangis, hati kita akan bangkit sedar bahawa kita hanyalah hambaNya yang lemah dan kerdil. Sesekali menangis, jiwa kita dididik dengan indahnya sabar dan redha...Sesekali menangis, percayalah..bukan Allah tidak tahu hancur dan luluhnya hati kita menanggung kecewa dan sedih, tetapi Dia mahu kita rapat padaNya, lantaran hati-hati sebeginilah yang lebih lunak dan lembut beribadat kepadaNya. Subhanallah!
Setelah kita jatuh dan terluka, bangkitlah semula melangkah. Namun, jika kita jatuh tersungkur dan sukar untuk bangun, percayalah sinar harapan tetap ada. KasihNya sentiasa dekat, cuma kita yang selalu alpa dan lalai.
Yakinlah, Allah tidak menciptakan sesuatu ujian atau bencana itu, hanya dengan sia-sia.
Pasti terdapat hikmah di sebalik peristiwa yang menimpa.
“Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” –
[Surah Al-Baqarah, 2: 216]
.
0 comments:
Post a Comment